Terlalu banyak keluhan yang kalian ungkap, tentang derita, tentang
pengkhianatan, tentang kekecewaan terhadap sesuatu yang kalian tidak pernah
capai, tentang perbedaan, tentang ketidakadilan. Aku adalah salah satu dari
sekian banyak orang yang tidak pernah sedikitpun mengeluhkan kehidupanku yang
menurutku baik-baik saja. Aku terlahir tanpa penglihatan dan tanpa jari jemari,
tak ada hal yang lebih penting dari sebuah kesempurnaan fisik bagi orang-orang
yang selama ini kukenal. Segala keluhan tentang ketidaksempurnaan selalu
menjadi sebuah kesedihan yang bisa memporak porandakan mental mereka. Sementara
aku, berjuang melakukan segalanya dengan keterbatasan fisik yang kumiliki.
Kedua orangtua dan 3 orang kakak laki-laki yang kupunya memperlakukanku
layaknya harta berharga yang harus mereka jaga, aku bersyukur atas keberadaanku
disini… tak pernah kumenghujat Tuhan untuk kondisiku yang mungkin menurut
kalian sangat mengkhawatirkan. Aku selalu percaya, semua cobaan yang Tuhan beri
kepadaku adalah jalan terbaik bagi hidupku, hidup Bapa, hidup Ibu, dan ketiga
kakak laki-lakiku. Tuhan membawaku ke dalam sebuah keluarga sempurna tanpa
cacat, keluarga terpandang dengan harta yang bisa kubilang berlimpah. Jika
kudengar dari getaran suara mereka, orang-orang dikeluargaku adalah orang-orang
berwajah rupawan dengan pendidikan yang cukup tinggi. Gaya bicara Bapa sangat
berwibawa menunjukkan betapa bijaksana dan cerdasnya dia, ibu sangat lembut dan
penuh tatakrama, ketiga kakak laki-lakiku bukan anak-anak pemberontak… mereka
begitu menghargai setiap manusia yang mereka kenal, aku bahagia bisa menjadi
salah satu bagian dalam kesempurnaan mereka. Aku adalah cobaan bagi keluargaku,
aku satu-satunya orang tidak sempurna yang mau tak mau harus mereka terima, aku
tak bisa menjalani pendidikan dan kehidupan normal layaknya mereka, aku adalah
cacat yang mencoreng keluargaku yang sudah sangat sempurna sebelum aku datang.
Namun mereka menepis semua perkiraanku, aku adalah anak bungsu keluarga mereka
yang harus mereka jaga dan cintai, aku adalah manusia normal yang membutuhkan
banyak hal seperti yang mereka butuhkan, aku adalah anugerah yang Tuhan titip
pada mereka. Sekali lagi, aku mensyukuri segala yang datang di hidupku.
Kukerahkan segala yang bisa kupelajari agar bisa bertahan hidup seperti
manusia normal lainnya, kupelajari segalanya tanpa penglihatan dan jari jemari.
Jangan mengasihani aku karena ternyata aku bisa melakukan semuanya sama seperti
kalian. Jangan meremehkan aku yang ternyata bisa memenuhi kebutuhan pendidikan
hingga mampu kuselesaikan kuliah meski tak bersekolah di tempat yang normal
seperti sekolah-sekolah kalian. Satu-satunya kekuatan yang kumiliki adalah
semangat, dan satu-satunya hal yang kubanggakan dari perjuangan hidupku sejauh
ini adalah “aku tidak pernah mengeluh”.
Tuhan menuliskan sebuah cerita untukku, dimana cerita itu kutulis
sendiri entah tentang kesedihan entah tentang kebahagiaan. Namun kuputuskan
untuk memilih cerita mengenai kebahagiaan, karena tak pernah terpatri di dalam
kepalaku untuk hidup dalam kesedihan. Kuwujudkan cerita hidupku dalam rangkaian
cerita bahagia yang kurangkai bersama keluargaku. Kalian terlalu banyak
mengeluh tentang cinta, mengeluh tentang ketidakadilan, mengeluh tentang
perbedaan, namun tak pernah kalian ceritakan bagaimana kalian bisa melaluinya.
Jika kalian bersedih, kalian biarkan seisi jagad raya mengetahuinya…. Namun
saat kalian temukan kebahagiaan dibalik segala kesedihan yang menimpa, kalian
tak menganggap bahwa itu adalah sesuatu yang bisa kalian sebut “bahagia”. Tertutupkah
mata kalian untuk itu? Begitu sukakah kalian mengelu-elukan kesedihan seolah
hanya kalian manusia kurang beruntung yang ada dimuka bumi ini? Kalian bisa
memilih cerita yang ingin kalian tulis di hidup kalian, Tuhan itu adil… kita
hanya tinggal memilihnya.
Aku merangkai cerita hidupku, namun tetap Tuhan yang memberikan tema,
dan ternyata tema yang Tuhan berikan padaku memang begitu melankolis,
ditengah perjuanganku menjadi manusia normal, kutemukan fakta bahwa sebuah
penyakit mematikan telah menggerogoti tubuhku… aku divonis mengidap penyakit
kanker kulit. Tak ada yang tahu apa penyebabnya, namun inilah tema cerita yang
Tuhan berikan padaku. Dalam rintihan kesakitan yang semakin lama semakin
menyiksa, segala daya dan usaha kubuat agar tak membuat keluargaku risau. Aku
masih tetap mencoba bertahan dari keluhan, kunikmati rasa sakitku dalam
kegelapan… aku kuat.. aku yakin kuat… aku bisa membuat sebuah cerita yang tetap
indah.. tetap indah meski tema dalam hidupku nanti berakhir dengan kematian.
Dokter mengatakan bahwa kanker yang hinggap ditubuhku kini menjalari
organ-organ tubuhku yang lain, menurutnya.. hidupku tak akan bertahan. Sempat
kuteteskan air mata saat kudengar suara Ibu mulai bergetar memeluk diriku yang
berusaha tabah mendengar apapun yang dokter vonis untukku, tapi kuulaskan
sebersit senyum untuk meyakinkan bahwa diriku baik-baik saja. Kulalui hari-hari
menyakitkan namun tetap kubertahan dari segala keluhan yang bisa saja membludak
dari bibirku. Kuberikan kasih sayang terbaik yang bisa kuberikan pada seluruh
anggota keluargaku, aku tak suka bersedih dan sangat tidak suka melihat orang
lain bersedih. Sempat suatu kali kudengar ibu mengeluh tentang ketidakadilan
Tuhan pada diriku.. anak bungsu yang sangat disayanginya, namun kurangkul tubuhnya
dengan lengan tanpa jemariku dan berkata “Ibu, Aku menerima semua yang Tuhan
berikan untuk Aku. Dengan segala kekurangan yang Aku punya, Ibu Bapa Adit Arfan
dan Adnan telah membuat Aku merasa sangat sempurna. Tuhan tau yang terbaik
untukku, biarkan Dia menunjukkan jalan untuk kita Bu…. Aku ikhlas dan
bahagia..”
Aku masih tersenyum dalam kegelapan dan kesakitan akibat sakit yang
kuderita, menunggu waktu itu akan datang padaku… aku bahagia dengan hidupku
meski lahir dalam kondisi tak normal dan divonis akan segera pergi meninggalkan
segalanya. Bisakah kalian mengerti mengapa aku benci orang-orang yang suka
mengeluh dan larut dalam kesedihan? Aku tak seberuntung kalian karena tak
memiliki waktu yang cukup untuk melakukan lebih banyak lagi hal yang ingin
kuraih, sementara kalian masih bisa menulis cerita cerita baru untuk hidup yang
lebih menyenangkan sesuai dengan yang kalian mau…
Aku tak mau berandai-andai… aku tak akan meminta keajaiban apapun
dari-Nya, hingga detik ini aku berhasil merangkai cerita bahagia hidupku…
selamanya harus tetap bahagia, jika aku pergi nanti… aku mau semuanya tetap
bahagia….
artikel diambil dari: sarasvatirisa.blogspot.com
artikel diambil dari: sarasvatirisa.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar