Terlalu
mudah bagimu merencanakan sesuatu yang kau anggap baik untuk hidupku,
katanya ini cocok untukku, katanya ini sempurna bagiku. Aku mengerti
posisiku dan bagaimana kuharus menempatkannya, aku tahu betul bagaimana
sikapku dan kapasitas egoku yang tak bisa seenaknya kuhamburkan terburai
menyeka semua lantai-lantai harapanmu, tapi ini adalah hidupku… yang
kelak harus kujalani dengan langkah tegap meski berakhir dengan
kesendirian.
Kau
adalah tempatku bergantung saat langkah mulai goyah, kau juga banyak
mengajarkan sikap yang harus kuambil saat dihadapkan pada sebuah hal
yang tak kuinginkan, seperti halnya yang pernah terjadi padamu. Dalam
satu kondisi, kau terlukis begitu bijaksana hingga tak bisa kusangkal
betapa aku mengagumimu. Tapi disudut sisi yang lain, kau terlukis bagai
anak manusia berumur belasan yang harus kumengerti dan mengerti hingga
melunak hatimu terhadapku. Aku lelah… peluhku membasah membanjiri tubuh
yang mulai tak sanggup lagi berdiri dibelakangmu… mengikutimu yang tak
pernah luput menuntunku..
Banyak
orang berbisik ditelingaku, “kamu begitu mirip dengannya..” ujar mereka
sekilas menatapmu lantas menatapku, kuakui itu… lalu kutanyakan apa
kemiripan kita pada mereka, mereka menjawab “wajah dan sifat kalian cukup mirip..”. Jika memang benar seperti itu, aku ingin merubah kemiripan sifat kita…sangat ingin.
Jika
memang aku harus mengikutimu, bisakah kau biarkan ku melangkah lebih
lambat sedikit saja hingga bisa kunikmati semua ini dengan caraku?
Mungkinkah itu? Kau sudah melewatkan banyak fase dalam hidupku yang tak
pernah kau campuri dengan segala sesuatu yang kau anggap baik untukku,
dan kini kau hadir menjadi sosok baru yang tiba-tiba saja sudah
membuatkan daftar panjang jalanan yang harus kulalui. Jika memang harus
begitu, mengapa tak kau lakukan sejak dulu? Saat kumeraba jalanan luas
dimana hanya ada aku sendirian yang mau tak mau harus tetap melangkahkan
kaki ini untuk hidup menjadi seseorang yang bisa melebur dengan dunia.
Tahukah kau sebenarnya aku sudah memiliki daftar jalanan yang ingin
kulalui? Tahukah kau aku sudah melalui beberapa diantaranya? Pasti kau
tidak tahu, kau hanya melihat semuanya dengan mata dan pendengaranmu,
bukan hatimu.
Mereka
bilang, banyak hal buruk yang akan terjadi padaku jika kumelangkah
menentukan jalanku sendirian tanpa pedulikan teriakkanmu, benarkah itu?
Tanpa harus mendengar ucapan mereka pun sesungguhnya lenganku sudah
terikat kuat oleh sebuah temali yang terhubung dengan lenganmu, dan
kutundukkan kepala ini untuk menurunkan ego yang sebenarnya sudah begitu
ingin menengadah dan menjauh darimu. Bagai dua sisi mata uang, isi
kepala dan suara hatiku selalu berkelahi mempertentang sikap apa yang
harus kulakukan. Didepanmu kuingin terlihat bagai seorang dewasa yang
suka akan jalan yang telah kaupilih untukku, dibelakangmu kumenangis
teriris menikmati khayalan tentang akhir bahagia atas jalan yang
kupilih…hanya khayalan…hanya ada di dalam kepalaku.
Aku
ingin bersenandung, melompat kecil, tak perlu tertawa riang namun kau
bisa melihat tak ada lagi satupun hal yang kusembunyikan darimu, dan tak
ada lagi umpatan hati untukmu. Lelah rasanya hidup dalam kepura-puraan,
seperti bersembunyi dibalik cangkang kelomang kubiarkan kau menebak apa yang ada didalam cangkangku…. Dan kau keliru, tebakanmu seringkali tidak tidak tepat.
Mereka bilang aku mirip denganmu…
Tapi aku bukan kamu…
Satu detik saja ijinkan aku berkhayal tentang harapan..
Satu kesempatan saja ijinkan aku mewujudkannya..
Jika memang langkahku salah… biarkan aku menikmatinya..
Karena aku bukan kamu..
artikel diambil dari: sarasvatirisa.blogspot.com
artikel diambil dari: sarasvatirisa.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar