Aku mulai
berteriak histeris...menangis...meraung seperti singa yang kehilangan
anak...ditanganku masih menempel beberapa serpihan cermin yang berserakan
dilantai tepat dibawah kakiku. Selama 24 tahun tinggal di rumah orangtuaku, ini
adalah cermin ke 5 yang telah kupecahkan, kubanting seketika itu juga saat tadi
tak sengaja memasuki kamar adikku. Mungkin dia akan marah nanti, tapi tak
apa...aku lebih takut melihat cermin daripada semburan kemarahan yang keluar
dari mulutnya. Aku tahu, ibu sudah memperingatkan seisi rumah untuk tidak
menaruh cermin sembarangan, ibu lebih memilih untuk tidak berdandan...daripada
melihat aku menangis histeris. Tapi adikku adalah gadis kecil yang tak lama
lagi akan bertransformasi menjadi seorang perempuan, sepertinya dia tidak tahan
dengan keabsenan 'cermin' dalam proses transformasinya. Maafkan aku dik, lebih
baik kuhadapi tantangan menceburkan diri kedalam kawah panas dibandingkan jika
harus melihat diriku didepan cermin.
Dulu aku
tak begini....hidupku dipenuhi mimpi yang biasa hinggap dikepala banyak gadis
remaja, ingin menjadi inilah ingin menjadi itulah. Aku adalah wanita yang penuh
dengan hasrat dan obsesi, sebagai anak pertama...orang tuaku memberikan segalanya
untuk memfasilitasi mimpi mimpiku. Saat aku ingin menjadi pemandu sorak, mereka
tak segan mensupportku dengan berbagai hal. Saat aku ingin menjadi pemain
softball, saat aku ingin menjadi penyanyi...bahkan saat aku nekat ingin
mengikuti olympiade matematika..mereka selalu ada dibelakangku, mensupportku.
Aku termasuk gadis beruntung, semua keinginanku bisa kuwujudkan. Mungkin hal
ini yang membuat diriku merasa bahwa aku adalah gadis yang lebih hebat daripada
teman-temanku yang lain.
Aku lebih
suka berbicara dengan diriku sendiri, melalui cermin....disitu kulihat semua
kesempurnaan seorang aku....aku merasa terbelah menjadi dua...aku yang ada
disini, dan aku yang ada di dalam cermin yang seringkali memotivasiku untuk
terus bergerak dan bergerak...kuanggap hanya diriku yang ada di dalam cerminlah
satusatunya orang yang bisa mengatur hidupku..
Aku tidak
percaya pada kata "persahabatan", kuanggap semua orang yang berada di
dekatku adalah orang-orang yang memang ingin berkenalan dengan seorang manusia
yang berkualitas sepertiku. temanku banyak, tapi dimataku...tidak bisa kulihat
ada tulisan "Sahabat" yang tertulis di kepala mereka. Aku tidak
memiliki pacar, karena dipikiranku, laki-laki yang mencoba mendekatiku adalah
laki-laki yang ingin menjadi terkenal dan hanya memanfaatkan namaku untuk
mencapainya. Aku memiliki rasa curiga berlebih terhadap manusia lain, termasuk
pada adikku sendiri. Egois memang, tapi apa salahnya berjaga-jaga
daripada aku yang menderita di kemudian hari.
Ada
seorang murid pindahan (saat itu aku masih duduk di bangku sekolah), seorang
laki laki pendiam...sangat sederhana tapi wajahnya cukup lumayan. Dalam
hitungan hari, tiba-tiba dia menjadi seorang sosok idola dimata teman-teman.
Perhatian padaku mulai teralihkan padanya, dia pintar dalam segala
bidang...bahkan dia menguasai satu bidang yang sangat sulit kupelajari, yaitu
teater. Pria ini pintar dalam semua hal, tapi dia bisa menjadi sahabat
semua orang...sangat baik hati, ramah dan yang sangat aku benci...dia begitu
baik terhadapku. Aku merasa kalah total darinya, harus kulakukan sesuatu untuk
orang ini..harus. Aku tahu, dibalik kebaikannya, dia pasti punya niat jahat
untukku.
Suatu
hari, ada sebuah pementasan teater di gedung sekolah, pria yang menjadi rivalku
ini menjadi bintang utamanya. Semua orang antusias pada acara ini, sedang
aku...tenggelam dalam kekalahan...dan aku harus merencanakan sesuatu yang harus
bisa menggagalkan pementasannya. Hidupku takkan tenang jika harus melihat orang
bersorak sorai terhadap aksinya. Mulai kurancang aksiku, seperti biasa....aku
mendapat ide ini dari rekanku...diriku yang ada di dalam cermin. Dia sangat
memotivasiku untuk merencanakan sesuatu berbahaya bagi rivalku ini. Sebelum
pentas....kujalankan aksiku, ku potong beberapa tali yang menggantung diatas
panggung, kuhitung dan ku kira-kira dimana dia akan berdiri dan pada menit
keberapa dia akan berada disini...sebelumnya telah ku copy beberapa file dialog
teater hari itu. Aku hanya ingin membuatknya 'cacat'...sedikit saja, biarkan
dia pincang saja agar tidak bisa menjadi atlit...setidaknya ada satu bidang
yang membuatku lebih unggul darinya. Semua ide ini kudapat dari diriku yang ada
di dalam cermin.
........
Kesadaran
ku hilang...harga diriku jatuh sampai ke dasar muka bumi....saat kejadian itu
memang berhasil terjadi kepadanya..laki laki yang kuanggap adalah saingan
terberatku..hanya saja, dia tidak hanya cacat...tapi dia pergi untuk selamanya.
Ternyata aku tidak sepintar itu memprediksi letak jatuhnya lampu yang harusnya
menimpa kakinya....ternyata aku tidak secerdas itu mengabaikan kejadian
terburuk apa yang akan terjadi padanya. Perangkap yang kupasang untuknya jatuh
tepat diatas kepala, ratusan teman-temanku yang sedang menonton pertunjukkan
teater menjadi saksi dari hancurnya kepala sang idola. Aku ada disitu,
menggigil...tidak bisa berbuat apa-apa....baru kali ini aku merasa
"bersalah", aku menghukum diriku sendiri. Tak berani kuungkapkan
kenyataan sebenarnya aku yang berbuat jahat padanya.
"i hear a voices at my back....disturbing
peace for my years sake... i need a rest to hear the air..."
Detik
itulah detik dimana aku mulai membenci cermin, berpuluh tahun kupercayakan
segala keputusan atas tingkah lakuku pada diriku yang berada di dalam cermin.
Kubiarkan aku yang didalam cermin terus berpendapat atas apa yang harus
kulakukan....aku percaya padanya tapi untuk kali ini dia telah membunuhku
langsung menembak tepat dengan sebuah peluru meluncur ke dalam otak. Pada detik
itulah aku mulai menghancurkan semua cermin yang ada di dalam rumahku, detik
dimana aku mulai kehilangan arah dan terus berteriak histeris. Aku membenci
diriku....sangat membenciiii.....aku merasa diriku adalah seorang wanita penuh
hasrat yang rela melakukan apapun demi menggapainya.....aku benci....
"there is a girl with a million lust, she
does things to get if fast, she's only good in cut and paste..."
Dan aku
benci diriku yang ada di dalam cermin, selama ini aku menurut padamu...kuanggap
kamu sahabatku....bagaimana mungkin ternyata diriku sendiri lah yang
mencelakakan aku....ku anggap kamu adalah orang lain, walau wajah kita sama
baju kita sama gaya kita sama...tapi aku tidak pernah begitu percaya terhadap
orang lain selain diriku sendiri dan diriku yang ada di dalam cermin. Seumur
hidup aku akan terus berada di dalam belenggu penyesalan....
kepada
diriku yang ada di dalam cermin..... "there is something in your mind, force my every single line...should i
dancing in your stage....just like your cat in you cage...there is no light
there's only dark....in your heart i see no art...."
Dan aku
mulai memecahkan cermin.....meraung....mengurung diri didalam kamar kotakku
yang lebih menyerupai sebuah penjara..tanpa jendela tanpa cermin...kugelapkan
ruangan ini...dan menutup telingaku...
This article's taken from: http://sarasvatirisa.blogspot.com